Kisah Dibalik "Rambut Merah" Masyarakat Bilalang
Anda mungkin akan merasa bahwa masyarakat desa Desa Bilalang sangat modis. Kesan ini dapat terbersit tatkala menyaksikan rambut pirang dan pupil mata yang berwarna-warni dari masyarakat di wilayah Kecamatan Kotamobagu Utara, Kota Kotamobagu ini.
Sejumlah warga di daerah ‘Tanah Totabuan’ ini memang memiliki keunikan. Berambut pirang, kuning kecokelatan dan bermata coklat bak mata orang-orang di belahan bumi Eropa. Salah satunya ialah Rubinah Mokoginta. Seorang gadis manis yang berdomisili di Desa Bilalang Satu. Ciri-ciri fisiknya dominan memang terlihat seperti orang keturunan Spanyol.
"Sejak kecil, warna rambut dan mata saya memang sudah seperti ini,” terang Rubinah saat berbincang-bincang dengan manadoexpress.com.
Dikisahkannya, ia sebenarnya pernah mencoba mengecat rambutnya menjadi hitam. Namun ia justru terkejut, sebab beberapa jam sesudah mengecat rambutnya, warna rambut cokelat miliknya kembali ke warna semula.
"Saya pernah sudah mengecat rambut sebanyak tiga kali namun dua jam kemudian warnanya kebali seperti semula,” kata Rubinah sembari tertawa.
Salah seorang sejarawan Bolaang Mongondow, yang juga berasal dari Desa Bilalang, Chairun Mokoginta menjelaskan, sebenarnya ada kisah menarik yang tersimpan dibalik keunikan warga Bilalang tersebut. Menurutnya, ada dua hikayat yang bisa menjelaskan keberadaan komunitas “Rambut Merah” ini sejak zaman dahulu hingga saat ini.
“Hal yang bisa mengungkap rahasia rambut dan bola mata berwarna dari masyarakat Bilalang salah satunya referensi sejarah tentang ‘kisah seorang ibu hamil yang meninggal dunia’,” kata Mokoginta.
Diungkapkannya, pada suatu ketika di zaman dahulu, orang Mongondow yang pada saat itu masih “menyembah leluhur”, tidak melakukan pemakaman seperti saat ini, dimana jasad yang meninggalkan harus dikubur di dalam tanah. Tetapi, dibiarkan di dalam peti mati atau bahasa Mongondownya “Lungun” di atas kayu yang disusun setinggi 1 meter di atas tanah.
Peti mati tersebut dijenguk oleh para keluarga ibu hamil tersebut setiap hari. Pada suatu ketika, ada seorang keluarga menjenguk dan mendengar suara ketukan dari dalam peti mati tersebut. Mendengar suara ketukan itu, maka bergegaslah ia mengumumkan ke seluruh masyarakat kampung tetang peristiwa itu. Setelah peti itu dibuka bersama-sama oleh warga kampung, ternyata ada seorang bayi laki-laki yang berambut merah.
"Itu merupakan salah satu kisah lama yang tersimpan di masyarakat. Namun ada satu hikayat lain yang terjadi sekitar 300 tahun lalu, dimana pada saat itu banyak para pedagang asing yang melakukan aktivitas di daerah Bolaang Mongondow. Di masa itu, ada salah satu warga Bolaang Mongondow yang bernama Antong, yang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan para pedagang asing asal Portugis dan Spanyol dalam melakukan usaha dagang dengan masyarakat sekitar,” jelas Mokoginta yang mengaku sekitar tahun 2004/2005 pernah mengumpul masyarakat berambut merah di Bilalang dan mendapati ada ratusan yang demikian.
Lanjut Mokoginta, Antong yang bisa membuka akses untuk usaha para pedagang asing, suatu ketika dibawa oleh orang-orang Spanyol ke negaranya dan dikawinkan dengan salah satu gadis di sana. Namun tak lama setelah perkawinannya dengan gadis tersebut, Antong justru bergegas kembali ke daerah asalnya dengan membawa istrinya dan menetap di desa yang kini dikenal dengan Bilalang. Menurut kisah, masyarakat “Rambut Merah” ini adalah anak keturunan dari Antong dan istrinya.
Kisah lain menurut versi cerita tua orang-orang Minahasa, sejak dahulu leluhur orang Minahasa sudah sering berjumpa dengan orang-orang “Rambut Merah” tersebut. “Dahulu ada masyarakat yang menempati daerah ‘Lilinowen’ atau yang sekarang kita kenal dengan Danau Mooat. Diceritakan, orang-orang Bilalang ini awalnya bagian dari masyarakat tersebut yang kemudian diusir karena melakukan pelanggaran adat. Mungkin keluarga mereka ada yang melakukan incest (perkawinan sedarah) atau hamil diluar nikah,” kata Rinto Taroreh, pemerhati budaya Minahasa.
Menurutnya, komunitas yang “terusir” ini pindah ke sebelah Barat Lilinowen. Dari komunitas inilah lahir orang-orang “Rambut Merah” tersebut.
Foto: Rubinah Mokoginta, gadis manis berambut pirang dari Bilalang
0 comments:
Post a Comment